Pendekatan Kebidanan Melalui Kesenian Tradisional
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, ada enam agama yang paling banyak dianut, yaitu islam, Kristen (protestan dan katolik), hindu, budha, dan konghucu. Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk konghucu melaksanakan agamanya secara terbuka.Namun, melalui Kepres No. 6/2000, presiden Abdurrahman wahid mencabut larangan tersebut.Selain raelianisme, dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya termasuk sedikit.Selain itu, bangsa Indonesia juga memiliki begitu banyak kesenian tradisional serta perkumpulan dari berbagai suku atau kesamaan yang biasanya disebut paguyuban. Dalam memberi pelayanan kebidanan, perlu kita lakukan pendekatan, diantaranya pendekatan melalui agama, kesenian tradisi, paguyuban, dan cara lainnyaa. Hal tersebut bertujuan memudaahkan masyarakat menerima bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan petugas kesehatan bukan sesuatu yang tabu.
Pelayanan kebidanan yang diberikan lebih bersifat promotif dan prefentif, bukan kuratif, serta mampu menggerakkan peran, serta masyarakat (PSM) dalam upaya sesuai dengan prinsip-prinsip PHC. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran, serta tanggung jawabnya dalam menggerakkan PSM, khususnya berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, remaja, dan usia lanjut. Dalam kaitannya dengan masalah kesehatan reproduksi, sejauh ini dalam kebidanan lebih banyak diatasi dari aspek klinis sehingga berkembang anggapan bahwa masalah kesehatan reproduksi hanya dapat dipelajari dan dipecahkan oleh ahli bidang kedokteran.Sementara itu, terdapat banyak bukti bahwa inti persoalan kesehatan reproduksi sesungguhnya terletak pada konteks social, ekonomi, dan kebudayan yang sangat kompleks.
Kesehatan reproduksi dipengaruhi dan memengaruhi sistem politik, social, ekonomi, kebudayaan, gender.Misalnya, hubungan antara peran social pria dan peran social wanita dalam suatu masyarakat (gender) memengaruhi usia perkawinan, dan penegendalian kehamilan yang pada gilirannya memengaruhi kesehatan reproduksi wanita. Dengan melihat pentingnya pengaruh faktor social, budaya, ekonomi terhadap kesehatan reproduksi, sangat diharapkan suatu pendekatan social budaya terhadap perubahan masalah yang ditemukan dilapangan.Kesehatan reproduksi dalam kebidanan sebaiknya dipikirkan tidak hanya oleh pakar kedokteran, tetapi harus melibatkan juga sosiolog, budayawan dan ekonom, sehingga hubungan social budaya dengan kesehatan reproduksi dapat dipahami sepenuhnya melalui kegiatan analisis soaial budaya.
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pendekatan-pendekatan praktik kebiidanan melalui agama, kesenian tradisional, paguyuban, pesantren, ssistem banjar, dan melalui cara lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kesenian
Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil.
Kesenian secara umum dikenal dengan rasa keindahan karena digperuntukkan guna melengkapi kesejahteraan hidup. Rasa keindahan yang dirasakan dapat dimiliki dan disalurkan dari setiap orang.
Kesenian tradisional adalah kesenianyang dipegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun atau kesenian baru hasil pengembangan kebudayaan. Pengertian menurut para ahli budaya:
1. Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok.
2. Ahdian karta miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya.
Kesenian merupakan produk dari manusia sebagai homeostetiskus, setelah manusia dapat mencykuoi kebutuhan fifiknya, maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya manusia semata-mata tidak hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu uga pandangan indah serta suara merdu, semua dapat dipenuhi melalui kesenian.
Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif.
Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah pembabaran idea yang bersifat batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita, khususnya penglihatan , perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya yang bersifat lahiriah iitu untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu serta idea yang melantar belakangi kehadirannya.
Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati berasal dari kata yunani berarti merasa dengan. Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.
2.2 Pelayanan Kebidanan Melalui Pendekatan Kesenian
Bidan adalah seorang wanita yang tlah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Lulus dengan persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dnn memperole izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.
Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini dihadapkan pada masyarakat yang lebih terdidik,dan mampu memberi pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang murah, nyaman,sehingga memberi kepuasan ( sembuh dengan cepat dengan pelayanan yang baik ). Rumah sakit perlu mengembangkan suatu sistem pelayanan yang didasarkan pada pelayanan yang berkualitas baik, biaya yang dapat dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu yang cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam memproduksi jasa pelayanan kesehatan ( pelayanan medis dan pelayanan kebidanan), untuk masyarakat menggunakan berbagai sumber daya seperti ketenanagaan, mesin, bahan, fasilitas, modal, energi dan waktu.
Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya berdasarkan kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luas mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan oleh petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar adanya. Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :
1. Serta seorang bidan juga harus mampu menggerakkan Peran serta Masyarakat Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan informasi melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media, waktu ideal, frekuensi, pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun informal leader tidaklah sama di setiap daerah, bergantung kepada dinamika di masyarakat dan kejelian kita untuk menyiasatinya agar informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan selamat. Penting untuk diingat bahwa upaya promotif tidak selalu menggunakan dana negara, adakalnya diperlukan adakalanya tidak. Selain itu, penyebaran informasi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan media yang ada dan sedapat mungkin dikembangkan agar menarik dan mudah dicerna. Materi yang disampaikan seyogyanya selalu diupdate seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan terkini.
2. Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia kurang dari 35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.
3. Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit berat.
4. Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien yang memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang. khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan dengan baik,hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya pendekatan melalui kesenian tradisional.
Pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional,ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembati pelayanannya kepada pasien. Tercapainya pelayanan kebidanan yang optimal, perlu adanya tenaga bidan yang professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan kaidah-kaidah profesi, antara lain:
a. memiliki pengetahuan yang adekuat.
b. menggunakan pendekatan asuhan kebidanan.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi,melalui pendekatan social dan budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan yang dapat digunakan dengan berbagai cara misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat menerima bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan guna meningkatkan guna bidan:
1. Kesenian sebagai media penyuluhan kesehatan
Seorang petugas bisa menyelipkan pesan-pesan kesehatan didalamnya, misalnya:
a. Kesenian wayang kulit, dapat dimasukkan pesan-pesan kesehatan misalnya, mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, makanan bergizi, dll.
b. Mencipkan lagu-lagu berisikan tentang permasalahan kesehatan dalam bahasa daerah setempat.
2. Apresiasi Seni
Apresiasi Seni adalah kesadaran akan nilai seni yang meliputi pemahaman dan kemampuan untuk menghargai karya seni. Yang menjadi sumber apresiasi seni adalah :
a. Kepekaan eksistensi yang berkembang pada diri masing-masing, yang tidak disadari sesuai dengan lingkungan yang membinanya.
b. Pengetahuan kesenian yang meliputi pengetahuan mengenai karya seni, sejarah seni, perkembangan kesenian dan estetika manusia
3. Peranan Seni
a. Seni sebagai kebutuhan.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka manusia melengkapi dirinya dengan berbagai perlengkapan dan peralatan sebagai penunjang atau pelengkap untuk penyempurnaan pekerjaannya.
b. Seni sebagai ungkapan gagasan dan alat komunikasi
1. Sebagai ungkapan gagasan
Untuk mengungkapkan buah pikiran dalam suatu wujud, yang nyata dan dapat ditanggapi atau dipergunakan oleh orang lain.
2. Alat komunikasi
Berisi pesan yang diinformasikan pada orang lain, dan masyarakat baik dalam bentuk buah pikiran, perasaan, maupun segala harapan dapat juga berupa pernyataan kritik.
4. Kesenian sebagai seni terapi
Kesenian sebagai terapi pada kejiwaan,sebagai pelipur rala. Kita ketahui kehidupan zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks, tubuh dan jiwa manusia mempunyai batas untuk dapat mengatasinya. Untuk itu dengan seni diharapkan akan memberikan dampak positif dalam mengatasi stress tersebut baik stres fisik maupun batin. Misalnya dengan menyanyi, menciptakan lagu, seni memahat patung, dll.
Kebudayaan kesenian Tradisional sangat lah penting untuk di lestarikan dan di pelajari karena itu dapat membuat kita mengerti bagaimana jenis-jenis keanekaragaman di negara kita .
Tujuannya Diadakan Pendekatan dalam praktik kebidanan adalah Memudahkan masyarakat dalam menerima informasi atau pelayanan yang diberikan petugas, bahwa semua yang diberikan petugas itu benar adanya. Dalam memberikan pelayanan kebidanan,bidan harus aktif dalam memberikan pendekatan terhadap masyarakat. Dan juga seorang bidan harus bisa menggerakkan peran masyarakat, khususnya dengan kesehatan ibu hamil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya.
Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut.
3.2 Saran
Bidan harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan masyarakat dengan selalu mengadakan komunikasi efektif.
DAFTAR PUSTAKA
George M. Foster dan Barbara Galatin Anderson. Antropologi Kesehatan. UI Press. Jakarta 1986
Depkes RI, MA 103, Ilmu Sosial Budaya Dasar. Untuk Prog Bidan Pusdiknakes. Jakarta 1996.
Nasrul Effendi. Drs. Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta 19
Sosial budaya dasar, Syafrudin, SKM,M.Kes
www.google.com
Komentar
Posting Komentar