MAKALAH GIZI DALAM IBU HAMIL BERMASALAH


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Kristiyanasari, 2010).
Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat. Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat berakibat kurang baik bagi ibu dan janin (Ariga, 2012).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Zhulaida, 2008).
Jika ibu hamil tidak mendapat gizi yang cukup selama hamil, maka bayi yang dikandungnya akan kekurangan gizi. Meski sudah cukup bulan, bayi tersebut lahirnya BBLR (berat bayi lahir rendah). Saat menyusui juga akan kekurangan ASI. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi protein sekitar 2-2,5 gram/kg. Untuk pertumbuhan maupun aktivitas janin memerlukan makanan yang disalurkan melalui plasenta, untuk ibu hamil harus mendapat gizi yang cukup untuk diri dan janinnya.
Seorang wanita yang saat mulai hamil berat badannya tergolong normal, memasuki trimester kedua ia akan membutuhkan tambahan kalori 350 kkal per hari. Jumlah energi yang dibutuhkan memasuki trimester ketiga akan semakin meningkat, yaitu sekitar 450 kkal per hari (National Academy of Sciences, 2004).
Menurut Pudjiadi (2005) selama kehamilan, ibu akan mengalami penambahan berat badan sekitar 10-12 kg, dimana pada trimester I kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Ibu hamil yang memiliki berat badan normal kemungkinan tidak memiliki masalah dalam konsumsi makan setiap hari, namun penambahan berat badannya harus tetap dipantau agar selama hamil tidak memiliki komplikasi.
Selain melihat penambahan berat badan selama hamil, status gizi ibu hamil dapat juga dilihat dari ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dan kadar Hemaglobin (Hb) dalam darah. Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, ibu hamil dengan ukuran LILA dibawah ini menunjukan adanya kekurangan energi yang kronis (Miyata dan Proverawati, 2010).
Janin yang terganggu pertumbuhannya tidak saja dapat menyebabkan kerusakan permanen pada pertumbuhan setelah bayi lahir, tetapi juga hingga ia dewasa. Selain itu juga berpengaruh pada kemampuan anak untuk belajar. Lebih jauh lagi studi ini menemukan bahwa janin yang terganggu pertumbuhannya bisa membawa pengaruh pada kualitas keturunan selanjutnya, terutama risiko berat badan lahir rendah (Victoria, 2008).
Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, selain itu juga akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah, pertumbuhan yang terhambat, cacat bawaan, bayi lahir mati, anemia pada bayi, asfiksian intra partum, dan kematian neonatal (Kristiyanasari, 2010).
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi besar yang sehat dari pada dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi dewasa ini walaupun berkembang sanagat pesat masalah gizi yang timbul sangat kompleks, sehingga masalah ini sangat memprihatikan dimana tingkat kematian ibu maternal masih sangat tinggi. Pada umumnya ibu hamil di lingkungan masyarakat kita masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan sehingga tidak dapat memenuhi nutrisi yang baik ditunjang lagi oleh pendidikan yang rendah, umur, pekerjaan, pengalaman, paritas, budaya, status sosial ekonomi yang berdampak pada ibu hamil terhadap kebutuhan gizi masa kehamilan masih sangat rendah (Syaifudin, 2008)


























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Ibu Hamil
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasuskembar, atau triplet/kembar tiga).
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dankelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (awal kehamilan) dan kemudian janin(sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0 (Wikipedia, 2011).
Kehamilan biasanya terbagi dalam periode, yang dikenal sebagai trimester, yaitu:
§  Trimester I : berlangsung hingga minggu kehamilan ke-13. Pada masa ini terjadi perkembangan janin yang cepat. Pada masa ini risiko keguguran juga termasuk tinggi.
§  Trimester II : berlangsung dari minggu ke-14 hingga minggu kehamilan ke-27
§  Trimester III : berlangsung dari minggu ke-28 hingga masa kelahiran

2.2 Defenisi Gizi
Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan (Sunita, 2006).
Gizi adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur sesuai dengan kebutuha hidupnya (Path, 2005).
2.3 Manfaat Gizi

1.      Sebagai zat tenaga
Gizi menghasilkan tenaga atau energi, sumber : karbohidrat, lemak dan protein
2.      Sebagai zat pembangun
Untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ serta menggantikan jaringan yang rusak, sumber protein.
3.      Sebagai zat pengatur
Untuk mengatur metabolisme tubuh, sumber vitamin, mineral dan air (Djaeni, 2006).

2.4 Gizi yang Diperlukan Ibu Hamil
Saat hamil seorang calon ibu membutuhkan gizi untuk dirinya sendiri dan janin dalam kandungannya. Oleh karena itu tentu perlu makan yang lebih banyak dan makan makanan yang bergizi. Tidak ada pantangan bagi ibu hamil. Makanlah makanan yang bervariasi agar terpenuhi segala kebutuhan akan zat gizi dari karbohidrat, lemak, protein, berbagai vitamin dan mineral.
Oleh sebab itu wanita hamil menunjukkan kenaikan berat badan yang cukup banyak, baik bagi komponen janin maupun bagi dirinya sendiri, maka sangat dianjurkan untuk dapat mengkonsumsi makanan tambahan seperti energi, protein, dan berbagai vitamin dan mineral.
a.       Energi
Umumnya seorang ibu hamil akan bertambah berat badannya sampai 12,5 kg, tergantung dari berat badan sebelum hamil. Rata-rata ibu hamil memerlukan tambahan 300 kkal/hari.
b.      Protein
Protein diperlukan sebagai zat pembangun alias yang membangun jaringan tubuh janin ibu hamil memerlukan asupan protein 60 gr per hari, yang berasal dari daging, ikan, susu, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan.
c.       Vitamin dan mineral
Berfungsi sebagai membantu pertumbuhan kulit, tulang, gigi, dan pembentukan jaringan tubuh janin, sumbernya berasal dari sayuran, buah-buahan dan susu.

d.      Asam folat

Asam folat termasuk kelompok vitamin B yang bermanfaat untuk mengurangi NTD (Nueral Tubes Defects) atau kelainan susunan saraf pusat. Sangat disarankan untuk dikonsumsi ibu hamil karena pembentukan susunan saraf pusat akan dimulai di awal kehamilan. Sumbernya antara lain brokoli, gandum, kacang-kacangan, jeruk, strowberi, dan bayam.
e.       Zat besi
Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat menurunkan kemampuan kerja organ tubuh. Yang pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan janin. Sumber makanan yang mengandung zat besi antara lain daging, hati, telur, kacang-kacangan dan sayuran hijau.
f.       Kalsium
Kalsium semakin dibutuhkan ibu hamil saat memasuki trimester kedua dan ketiga kehamilan. Pada masa ini lah proses pembentukan tulang dan giginya. Kebutuhannya sekitar 1.200 mg per hari. Ada banyak sumber kalsium diantaranya telur, susu, ikan teri, ikan salmon, sarden, sayuran bewarna hijau, kacang-kacangan, dan wijen.



BAB 3
PEMBAHASAN

GIZI DALAM IBU HAMIL BERMASALAH
1.      Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah di masa kehamilan dengan frekuensi serta gejala yang jauh lebih parah daripada morning sickness.
Pada morning sickness, mual dan muntah biasanya hanya berlangsung dalam 14 minggu pertama periode kehamilan dan umumnya dialami di pagi hari. Namun pada kasus hiperemesis gravidarum, mual atau muntah bisa terus berlangsung lebih dari 14 minggu atau bahkan hingga bayi lahir. Gejalanya pun bisa muncul sepanjang hari dan bukan di pagi hari saja. Tercatat ada beberapa penderita hiperemesis gravidarum yang mengalami mual hingga 50 kali dalam sehari..
Gejala Hiperemesis Gravidarum
·         Mual dan muntah parah secara berkepanjangan.
·         Pusing.
·         Sakit kepala.
·         Jantung berdebar.
·         Sulit menelan makanan atau minuman.
·         Mengeluarkan air liur secara berlebihan.
·         Sangat sensitif terhadap aroma.
·         Berat badan bayi rendah.
Pengobatan Hiperemesis Gravidarum
Pengobatan gejala hiperemesis gravidarum harus dilakukan sedini mungkin agar hasilnya efektif. Karena itu Anda disarankan untuk segera menemui dokter atau ke rumah sakit jika merasakan mual atau muntah yang berkepanjangan.
Jika gejala hiperemesis gravidarum belum terlalu parah, kemungkinan dokter akan meresepkan obat-obatan berikut ini untuk Anda konsumsi di rumah:
·         Obat-obatan steroid.
·         Vitamin B6 dan B12.
·         Obat antiemitik atau antimual.


Selain dengan obat-obatan, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk meringankan gejala hiperemesis gravidarum, di antaranya:
·         Menghindarkan diri dari aroma-aroma, suara bising, dan kedipan cahaya berlebih yang dapat memicu mual.
·         Banyak istirahat dan kurangi gerak.
·         Menggunakan pakaian longgar.
·         Minum air jahe ketika merasa mual.
·         Mengonsumsi kudapan kering (misalnya biskuit) secara berkala.
·         Mengonsumsi makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi namun rendah lemak.
Untuk kasus hiperemesis gravidarum yang parah, biasanya penanganan harus dilakukan di rumah sakit untuk mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut yang dapat membahayakan kesehatan penderita serta bayi yang dikandungnya.
Dalam kasus seperti ini, biasanya obat-obatan antimual akan disuntikkan langsung oleh dokter ke dalam otot atau pembuluh vena pasien. Selain itu. pemasangan infus juga akan dilakukan untuk menjaga asupan cairan yang dibutuhkan oleh pasien agar terhindar dari dehidrasi.
Pencegahan Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum dapat terjadi jika penderita pernah mengalaminya di kehamilan sebelumnya atau memiliki keluarga dekat dengan kondisi yang sama. Jika Anda berpotensi mengalaminya, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter saat merencanakan kehamilan dan menghindari faktor-faktor pemicunya.

2.      Diabetes melittus
Diabetes melittus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin
Klasifikasi
Menurut Kapita Selekta, Jilid II, 2006 Diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi:


1.                  DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1) yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah. 
2.                  DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung insulin (TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
3.                  Diabetes tipe lain. 
4.                  Diabetes mellitus gestasional (DMG) yaitu diabetes yang hanya timbul dalam kehamilan.
Etiologi 
Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :


1.                  Genetik
2.                  Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
3.                  Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
4.                  Obat-obatan.

Penatalaksanan Diabetes Melitus terhadap ibu hamil menurut Kapita Selekta, Jilid II, 2006. yaitu sebagai berikut 

Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta.Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga manimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl

3.      Pengaruh diabetes gestasional
Diabetes ini terjadi pada ibu hamil.
Pengaruh diabetes gestasional Diabetes (Prawirohardjo, 1992). Meskipun tanpa gejala, bila tidak diadakan pengendalian kadar gula maka diabetes mellitus gestasional akan menimbulkan dampak bagi ibu maupun pada janin.

1. Pengaruh DM terhadap kehamilan.
·                     Abortus dan partus prematurus.
·                     Pre eklamsia.
·                     Hidroamnion.
·                     Insufisiensi plasenta.
2. Pengaruh DM terhadap janin/bayi.
1.                  Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
2.                  Cacat bawaan.
3.                  Dismaturitas.
4.                  Janin besar (makrosomia)
5.                  Kematian dalam kandungan.
6.                  Kematian neonatal.
7.                  Kelainan neurologik dan psikologik.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Diabetes Gesatasioanal menurut Pemenuhan Kebutuhan Gizi Reproduksi, 2006, yaitu :

1. Mengatur diet.
Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg BB, 150-200 gr karbohidrat, 125 gr protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan konsumsi natrium. Penambahan berat badan bumil DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi kalsium dan vitamin D secara adekuat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam diit diabetes mellitus sebagai berikut ;


·                     Diit DM harus mengarahkan BB ke berat normal, mempertahankan glukosa darah sekitar normal, dapat memberikan modifikasi diit sesuai keadaan penderita misalnya penderita DMG, makanan disajikan menarik dan mudah diterima.
·                     Diit diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali makanan antara (snack) dengan interval tiga jam.
·                     Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis, misalnya pepaya, pisang, apel, tomat, semangka, dan kedondong.
·                     Dalam melaksanakan diit sehari-hari hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu ; J1 ; Jumlah kalori yang diberikan harus habis. J2 ; Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan interval. J3 ; Jenis makanan yang manis harus dihindari.
·                     Penentuan jumlah kalori

4.      Anemia
Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control (1990), mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (4)

Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia.. Pada anemia defisiensi besi menyebabkan berkurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Selama kehamilan, diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.

Penyebab anemia
 
a. kurang makan sayuran hijau, buah buahan yang berwarna dan lauk pauk (sebab utama)
b. perdarahan akibat terlalu sering melahirkan
c. jarak kelahiran anak terlalu dekat
d. ibu hamil bekerja terlalu berat
e. adanya cacing tambang dalam usus
PENGOBATAN ANEMIA 

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Studi tentang pemasaran sosial tablet besi yang dilaksanakan oleh Direktorat Bidang Gizi Masyarakat (1993) : Pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat menurunkan secara nyata prefalensi Anemia, disisi lain dilaporkan juga ibu hamil kurang menyukai tablet besi karena tidak senang akan baunya, adanya efek samping ( mual, pusing ) dan warnanya dirasa kurang menarik. Diberikan sayur- ayur yang berwarna hijau seperti bayam dan juga diberikan kacang-kacangan sebagai sumber zat besi.
5.      Hipertensi
Hipertensi dalam masa kehamilan adalah adanya tekanan darah lebih dari 140 / 90 pada masa kehamilan. Terdapat klasifikasi yang membagi beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan ini.
Hipertensi gestasional yaitu hipertensi yang terjadi pada ibu hamil yang tidak menderita hipertensi sebelumnya dan akan kembali normal sebelum 12 minggu setelah melahirkan tanpa didapatkan adanya protein dalam urin.
1.      Preeclampsia yaitu hipertensi yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dengan didapatkan adanya protein dalam urin >+1 atau lebih dari 300 mg dalam 24 jam. Beberapa penulis membagi lagi menjadi preeclampsia ringan dan berat. Pada preeclampsia berat didapatkan tekanan darah lebih dari 160/110 dengan kadar protein dalam urin mencapai 2 gram dalam 24 jam atau lebih dari 2+, adanya penurunan kadar trombosit < 100.000, peningkatan kadar kreatinin serum > 1.2 mg/dL, peningkatan kadar enzim hati, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan peningkatan LDH.
2.      Eclampsia yaitu adanya kejang yang terjadi pada ibu hamil dengan preeclampsia.
3.      Preeclampsia superimposed yaitu ditemukannya protein dalam urin pada ibu hamil yang diketahui sudah mengidap hipertensi sebelumnya dan protein ini tidak ditemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu.
4.      Hipertensi kronik merupakan suatu bagian tersendiri dimana ibu sebelumnya sudah mengidap hipertensi atau hipertensi tersebut menetap setelah 12 minggu setelah melahirkan
PENYEBAB
Penyebab terjadinya hipertensi pada kehamilan masih menjadi perdebatan namun diperkirakan faktor penyebab yang penting adalah adanya implantasi plasenta yang invasif dan abnormal pada rahim, adanya reaksi imunologis yang keliru terhadap adanya janin, serta adanya faktor genetik yang diturunkan. Teori lain menyebutkan adanya kekurangan asupan beberapa zat gizi dan adanya gangguan dalam pembentukan prostaglandin, maupun pada zat yang mempengaruhi kekakuan dari pembuluh darah.

PENGOBATAN


Saat ini sudah dapat dilakukan beberapa pemeriksaan untuk memprediksi kemungkinan timbulnya preeklampsia namun serangkaian tes tersebut belum tersedia diseluruh tempat dan tingkat keberhasilannya masih belum tinggi. Pencegahan terjadinya preeklampsia adalah dengan diet rendah garam, pemberian suplementasi kalsium dan minyak ikan, pemberian obat antihipertensi, dan pemberian obat – obatan anti pembekuan darah atau antitrombotik. Pengobatan utama pada spectrum hipertensi dalam kehamilan adalah terminasi kehamilan.

6. obesitas
Obesitas diartikan sebagai peningkatan berat badan diatas 20% dari batas normal ( brownel, 1984 ). Pasien dengan obesitas mempunyai status nutrisi yang melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan masukan kalori dan atau penurunan penggunaan kalori (energi). Artinya, masukan kalori tidak seimbang dengan penggunaannya yang pada akhirnya berangsur-angsur berakumulasi meningkatkan berat badan. Selain kelebihan berat badan nilai TSF pada pasien dengan obesitas lebih dari 15 mm untuk laki-laki dan lebih dari 25 mm untuk wanita. (Nurachmah, 2001)
            Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk menetapkan berat badan yang di inginkan individu dan untuk mendefinisikan obesitas secara klinis. Indeks masa tubuh (IMT) merupakan prediksi derajat lemak tubuh dan pengukurannya di rekomendasikan federal untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas. IMT di hitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter atau mengalihkan berat badan dalam pons dengan 703 lalu dibagi kuadrat tinggi badan dalam inci kuadrat. (Varney, 2003)
Perhitungan Indeks Masa Tubuh
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (m) 2
Klasifikasi IMT yang dapat digunakan untuk membantu dalam perhitungan IMT untuk menentukan apakah berat badan individu sesuai dengan tinggi badannya.
Tabel 2.1. Klasifikasi IMT
Kriteria
IMT
Berat Badan Kurang
Berat Badan Normal
Berat Badan Berlebih
Obesitas ( Kelas I )
Obesitas ( Kelas II)
Obesitas Ekstrim (Kelas III)
< 18,5 kg/m2
18,5-24,9 kg/m2
25-29,9 kg/m2
30-34,9 kg/m2
35-39,9  kg/m2
≥40 kg/m2
        Banyak Fokus tentang konsep perhitungan kalori telah dimuat media dan diantara populasi  umum. Pada umumnya asupan kalori sebaiknya sama dengan keluaran kalori.
    Saat ini, kasus diabetes pada masa kehamilan (gestational diabetic) semakin meningkat. Penyebab utamanya adalah obesitas. Akibat peningkatan risiko tersebut, setiap ibu hamil diwajibkan melakukan screening kadar gula darah terutama saat usia kehamilan menginjak minggu ke 24-28
     Ibu hamil disarankan untuk mengatur berat badan agar tetap berada pada kondisi ideal. Peningkatan berat badan di trimester pertama memang relatif sedikit, tidak naik atau bahkan berkurang karena muntah-muntah. Peningkatan berat badan yang cukup pesat terjadi di trimester 2 dan 3, pada periode inilah perlu dilakukan pemantaun ekstra terhadap berat badan.Seusai persalinan, ragam komplikasi masih menunggu. Infeksi seusai bersalin akibat banyaknya pembuluh darah si ibu hamil yang tersumbat sering terjadi. Selain itu, lemak yang berlipat-lipat pada lapisan kulit merupakan media yang kondusif untuk tumbuhnya kuman sehingga infeksi pun sangat mungkin terjadi. Risiko lainnya, plasenta yang berfungsi menyuplai oksigen menyempit karena lemak. Padahal, terhambatnya suplai oksigen dapat merusak sel-sel otak janin. Sehingga kecerdasan si kecil pun bisa jadi berkurang. Kemungkinan buruk lain, janin bisa mengalami gangguan paru-paru maupun terlahir obesitas.
Hal hal yang mempengaruhi obesitas ibu hamil antara lain :
-       Genetik
-       Pola makan yang berlebihan
-       Kurang gerak
-       Faktor lingkungan
Diit obesitas ibu hamil :
-       Selalu sarapan
-       Susun daftar makan
-       Pilih makanan berserat serta rendah kandungan lemak dan gula
-       Usahakan untuk mengolah makanan
-       Jadikan buah sebagai camilan
-       Perbanyak minum air putih,minum 8 gelas per hari
-       Jangan percaya mitos orang hamil perlu makanan tambahan 2x lipat dari biasanya
-       Makanan dengan nutrisi tinggi→ dikurangi 500-1000 kalori dari kebutuhan normal
-       Kurangi hidrat arang
-       Cukup mineral dan vitamin



DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2008Riset Gizi Ibu Hamil, http//senonipuskesmas.com [diakses
Pada hari senin 9 April 2012].

Agria dkk. 2011. Gizi Reproduksi. Jogjakarta: Fitramaya

Ali, Syaifudin, 2009. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan Dan
Perawatan Bayi. Jogjakarta: Diglossia Media.

Alfitramadya. 2008. Gizi Kehamilan, http//blogspot.com [diakses pada
hari selasa 23 April 2012].

Anton, Yohanes. 2011. It’s Easy Olah Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Skripta Media Creative.

http://www.kerjanya.net/faq/12099-hipertensi-dalam-kehamilan.html
http://marsupilami13.blogspot.com/2013/03/diit-ibu-hamil-dengan-obesitas.html










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertiang Diit serta Perbedaan Diit dengan Diet

Makalah Fraktur Humerus Dan Fraktur Clavikula

D3 kebidanan dan D4 kebidanan