MAKALAH GIZI DALAM IBU HAMIL BERMASALAH
BAB
I
1.1 Latar Belakang
Kehamilan menyebabkan
meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi
lainya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ
kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan
zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh
tidak sempurna (Kristiyanasari, 2010).
Masalah gizi seimbang di
Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat. Kekurangan atau kelebihan
makanan pada masa hamil dapat berakibat kurang baik bagi ibu dan janin (Ariga,
2012).
Status gizi ibu sebelum dan
selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila
status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar
akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan
kata lain bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum
dan selama hamil (Zhulaida, 2008).
Jika ibu hamil tidak mendapat
gizi yang cukup selama hamil, maka bayi yang dikandungnya akan kekurangan gizi.
Meski sudah cukup bulan, bayi tersebut lahirnya BBLR (berat bayi lahir rendah).
Saat menyusui juga akan kekurangan ASI. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi
protein sekitar 2-2,5 gram/kg. Untuk pertumbuhan maupun aktivitas janin
memerlukan makanan yang disalurkan melalui plasenta, untuk ibu hamil harus
mendapat gizi yang cukup untuk diri dan janinnya.
Seorang wanita yang saat mulai
hamil berat badannya tergolong normal, memasuki trimester kedua ia akan
membutuhkan tambahan kalori 350 kkal per hari. Jumlah energi yang dibutuhkan
memasuki trimester ketiga akan semakin meningkat, yaitu sekitar 450 kkal per
hari (National Academy of Sciences, 2004).
Menurut Pudjiadi (2005) selama
kehamilan, ibu akan mengalami penambahan berat badan sekitar 10-12 kg, dimana
pada trimester I kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III
sekitar 6 kg. Ibu hamil yang memiliki berat badan normal kemungkinan tidak
memiliki masalah dalam konsumsi makan setiap hari, namun penambahan berat
badannya harus tetap dipantau agar selama hamil tidak memiliki komplikasi.
Selain melihat penambahan berat
badan selama hamil, status gizi ibu hamil dapat juga dilihat dari ukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) dan kadar Hemaglobin (Hb) dalam darah. Ukuran LILA
yang normal adalah 23,5 cm, ibu hamil dengan ukuran LILA dibawah ini menunjukan
adanya kekurangan energi yang kronis (Miyata dan Proverawati, 2010).
Janin yang terganggu
pertumbuhannya tidak saja dapat menyebabkan kerusakan permanen pada pertumbuhan
setelah bayi lahir, tetapi juga hingga ia dewasa. Selain itu juga berpengaruh
pada kemampuan anak untuk belajar. Lebih jauh lagi studi ini menemukan bahwa
janin yang terganggu pertumbuhannya bisa membawa pengaruh pada kualitas
keturunan selanjutnya, terutama risiko berat badan lahir rendah (Victoria,
2008).
Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan yang baru, sehingga dapat berakibat
pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, selain itu juga akan
meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap infeksi
saluran pernapasan bagian bawah, pertumbuhan yang terhambat, cacat bawaan, bayi
lahir mati, anemia pada bayi, asfiksian intra partum, dan kematian neonatal
(Kristiyanasari, 2010).
Dengan kondisi kesehatan yang
baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan
gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi besar yang
sehat dari pada dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi gizi dewasa ini walaupun berkembang sanagat pesat masalah gizi
yang timbul sangat kompleks, sehingga masalah ini sangat memprihatikan dimana
tingkat kematian ibu maternal masih sangat tinggi. Pada umumnya ibu hamil di
lingkungan masyarakat kita masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan
sehingga tidak dapat memenuhi nutrisi yang baik ditunjang lagi oleh pendidikan
yang rendah, umur, pekerjaan, pengalaman, paritas, budaya, status sosial
ekonomi yang berdampak pada ibu hamil terhadap kebutuhan gizi masa kehamilan
masih sangat rendah (Syaifudin, 2008)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Ibu Hamil
Kehamilan adalah masa di
mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam
kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasuskembar, atau triplet/kembar tiga).
Kehamilan manusia terjadi
selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dankelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia
di dalamnya disebut embrio (awal kehamilan) dan
kemudian janin(sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya
disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil
dikenal sebagai gravida 0 (Wikipedia, 2011).
Kehamilan biasanya terbagi
dalam periode, yang dikenal sebagai trimester, yaitu:
§ Trimester I : berlangsung
hingga minggu kehamilan ke-13. Pada masa ini terjadi perkembangan janin yang cepat. Pada masa ini risiko keguguran juga termasuk
tinggi.
§ Trimester II :
berlangsung dari minggu ke-14 hingga minggu kehamilan ke-27
§ Trimester III :
berlangsung dari minggu ke-28 hingga masa kelahiran
2.2 Defenisi Gizi
Gizi adalah suatu proses
penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui
proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Gizi adalah ikatan kimia yang
diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun
dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan (Sunita, 2006).
Gizi adalah makanan yang
dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat
tenaga, zat pembangun dan zat pengatur sesuai dengan kebutuha hidupnya (Path,
2005).
2.3 Manfaat Gizi
1. Sebagai
zat tenaga
Gizi menghasilkan tenaga atau energi, sumber : karbohidrat, lemak
dan protein
2. Sebagai
zat pembangun
Untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ serta
menggantikan jaringan yang rusak, sumber protein.
3. Sebagai
zat pengatur
Untuk mengatur metabolisme tubuh, sumber vitamin, mineral dan air
(Djaeni, 2006).
2.4 Gizi
yang Diperlukan Ibu Hamil
Saat hamil
seorang calon ibu membutuhkan gizi untuk dirinya sendiri dan janin dalam kandungannya.
Oleh karena itu tentu perlu makan yang lebih banyak dan makan makanan yang
bergizi. Tidak ada pantangan bagi ibu hamil. Makanlah makanan yang bervariasi
agar terpenuhi segala kebutuhan akan zat gizi dari karbohidrat, lemak, protein,
berbagai vitamin dan mineral.
Oleh sebab
itu wanita hamil menunjukkan kenaikan berat badan yang cukup banyak, baik bagi
komponen janin maupun bagi dirinya sendiri, maka sangat dianjurkan untuk dapat
mengkonsumsi makanan tambahan seperti energi, protein, dan berbagai vitamin dan
mineral.
a. Energi
Umumnya
seorang ibu hamil akan bertambah berat badannya sampai 12,5 kg, tergantung dari
berat badan sebelum hamil. Rata-rata ibu hamil memerlukan tambahan 300 kkal/hari.
b. Protein
Protein diperlukan sebagai zat pembangun
alias yang membangun jaringan tubuh janin ibu hamil memerlukan asupan protein
60 gr per hari, yang berasal dari daging, ikan, susu, telur, tahu, tempe, dan
kacang-kacangan.
c. Vitamin
dan mineral
Berfungsi sebagai membantu
pertumbuhan kulit, tulang, gigi, dan pembentukan jaringan tubuh janin,
sumbernya berasal dari sayuran, buah-buahan dan susu.
d. Asam
folat
Asam folat termasuk kelompok
vitamin B yang bermanfaat untuk mengurangi NTD (Nueral Tubes Defects)
atau kelainan susunan saraf pusat. Sangat disarankan untuk dikonsumsi ibu hamil
karena pembentukan susunan saraf pusat akan dimulai di awal kehamilan.
Sumbernya antara lain brokoli, gandum, kacang-kacangan, jeruk, strowberi, dan
bayam.
e. Zat
besi
Kekurangan zat besi pada ibu
hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat menurunkan kemampuan
kerja organ tubuh. Yang pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan janin.
Sumber makanan yang mengandung zat besi antara lain daging, hati, telur, kacang-kacangan
dan sayuran hijau.
f. Kalsium
Kalsium semakin dibutuhkan ibu
hamil saat memasuki trimester kedua dan ketiga kehamilan. Pada masa ini lah
proses pembentukan tulang dan giginya. Kebutuhannya sekitar 1.200 mg per hari.
Ada banyak sumber kalsium diantaranya telur, susu, ikan teri, ikan salmon,
sarden, sayuran bewarna hijau, kacang-kacangan, dan wijen.
BAB 3
PEMBAHASAN
GIZI DALAM IBU HAMIL
BERMASALAH
1.
Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah di masa kehamilan dengan frekuensi serta
gejala yang jauh lebih parah daripada morning sickness.
Pada morning
sickness, mual dan muntah biasanya hanya berlangsung dalam 14 minggu
pertama periode kehamilan dan umumnya dialami di pagi hari. Namun pada kasus
hiperemesis gravidarum, mual atau muntah bisa terus berlangsung lebih dari 14
minggu atau bahkan hingga bayi lahir. Gejalanya pun bisa muncul sepanjang hari
dan bukan di pagi hari saja. Tercatat ada beberapa penderita hiperemesis
gravidarum yang mengalami mual hingga 50 kali dalam sehari..
Gejala Hiperemesis Gravidarum
·
Mual
dan muntah parah secara berkepanjangan.
·
Pusing.
·
Sakit
kepala.
·
Jantung
berdebar.
·
Sulit
menelan makanan atau minuman.
·
Mengeluarkan
air liur secara berlebihan.
·
Sangat
sensitif terhadap aroma.
·
Berat
badan bayi rendah.
Pengobatan
Hiperemesis Gravidarum
Pengobatan
gejala hiperemesis gravidarum harus dilakukan sedini mungkin agar hasilnya
efektif. Karena itu Anda disarankan untuk segera menemui dokter atau ke rumah
sakit jika merasakan mual atau muntah yang berkepanjangan.
Jika
gejala hiperemesis gravidarum belum terlalu parah, kemungkinan dokter akan
meresepkan obat-obatan berikut ini untuk Anda konsumsi di rumah:
·
Obat-obatan
steroid.
·
Vitamin
B6 dan B12.
·
Obat
antiemitik atau antimual.
Selain
dengan obat-obatan, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk meringankan
gejala hiperemesis gravidarum, di antaranya:
·
Menghindarkan
diri dari aroma-aroma, suara bising, dan kedipan cahaya berlebih yang dapat
memicu mual.
·
Banyak
istirahat dan kurangi gerak.
·
Menggunakan
pakaian longgar.
·
Minum
air jahe ketika merasa mual.
·
Mengonsumsi
kudapan kering (misalnya biskuit) secara berkala.
·
Mengonsumsi
makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi namun rendah lemak.
Untuk
kasus hiperemesis gravidarum yang parah, biasanya penanganan harus dilakukan di
rumah sakit untuk mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut yang dapat
membahayakan kesehatan penderita serta bayi yang dikandungnya.
Dalam
kasus seperti ini, biasanya obat-obatan antimual akan disuntikkan langsung oleh
dokter ke dalam otot atau pembuluh vena pasien. Selain itu. pemasangan infus
juga akan dilakukan untuk menjaga asupan cairan yang dibutuhkan oleh pasien
agar terhindar dari dehidrasi.
Pencegahan
Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum dapat terjadi
jika penderita pernah mengalaminya di kehamilan sebelumnya atau memiliki
keluarga dekat dengan kondisi yang sama. Jika Anda berpotensi mengalaminya,
disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter saat merencanakan kehamilan dan
menghindari faktor-faktor pemicunya.
2.
Diabetes
melittus
Diabetes melittus merupakan kelainan metabolisme yang kronis
terjadi defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya
keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria)
atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya
sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi
insulin
Klasifikasi
Menurut Kapita Selekta, Jilid II, 2006 Diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi:
Menurut Kapita Selekta, Jilid II, 2006 Diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi:
1.
DM
Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1)
yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
2.
DM
Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung
insulin (TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian
kadar gula darah.
3.
Diabetes
tipe lain.
4.
Diabetes
mellitus gestasional (DMG) yaitu diabetes yang hanya timbul dalam kehamilan.
Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :
Etiologi Diabetes Melitus menurut Kapita Selekta Jilid III, 2006, Yaitu :
1.
Genetik
2.
Faktor
autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
3.
Meningkatnya
hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
4.
Obat-obatan.
Penatalaksanan
Diabetes Melitus terhadap ibu hamil menurut Kapita Selekta, Jilid II, 2006.
yaitu sebagai berikut
Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta.Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga manimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl
3. Pengaruh
diabetes gestasional
Diabetes ini
terjadi pada ibu hamil.
Pengaruh diabetes gestasional Diabetes (Prawirohardjo, 1992). Meskipun tanpa gejala, bila tidak diadakan pengendalian kadar gula maka diabetes mellitus gestasional akan menimbulkan dampak bagi ibu maupun pada janin.
Pengaruh diabetes gestasional Diabetes (Prawirohardjo, 1992). Meskipun tanpa gejala, bila tidak diadakan pengendalian kadar gula maka diabetes mellitus gestasional akan menimbulkan dampak bagi ibu maupun pada janin.
1. Pengaruh DM terhadap kehamilan.
·
Abortus
dan partus prematurus.
·
Pre
eklamsia.
·
Hidroamnion.
·
Insufisiensi
plasenta.
2. Pengaruh DM
terhadap janin/bayi.
1.
Kematian
hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus.
2.
Cacat
bawaan.
3.
Dismaturitas.
4.
Janin
besar (makrosomia)
5.
Kematian
dalam kandungan.
6.
Kematian
neonatal.
7.
Kelainan
neurologik dan psikologik.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Diabetes Gesatasioanal menurut Pemenuhan Kebutuhan Gizi Reproduksi, 2006, yaitu :
Penatalaksanaan Diabetes Gesatasioanal menurut Pemenuhan Kebutuhan Gizi Reproduksi, 2006, yaitu :
1. Mengatur diet.
Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg BB, 150-200 gr karbohidrat, 125 gr protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan konsumsi natrium. Penambahan berat badan bumil DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi kalsium dan vitamin D secara adekuat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam diit diabetes mellitus sebagai berikut ;
·
Diit
DM harus mengarahkan BB ke berat normal, mempertahankan glukosa darah sekitar
normal, dapat memberikan modifikasi diit sesuai keadaan penderita misalnya
penderita DMG, makanan disajikan menarik dan mudah diterima.
·
Diit
diberikan dengan cara tiga kali makan utama dan tiga kali makanan antara
(snack) dengan interval tiga jam.
·
Buah
yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis, misalnya pepaya, pisang, apel,
tomat, semangka, dan kedondong.
·
Dalam
melaksanakan diit sehari-hari hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu ; J1 ;
Jumlah kalori yang diberikan harus habis. J2 ; Jadwal diit harus diikuti sesuai
dengan interval. J3 ; Jenis makanan yang manis harus dihindari.
·
Penentuan
jumlah kalori
4.
Anemia
Anemia
pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang
kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas.
Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal
kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar
wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan
tersebut, Centers for disease control (1990), mendefinisikan anemia sebagai
kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan
kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (4)
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia.. Pada anemia defisiensi besi menyebabkan berkurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Selama kehamilan, diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Penyebab anemia
a. kurang makan sayuran hijau, buah buahan yang berwarna dan lauk pauk (sebab utama)
b. perdarahan akibat terlalu sering melahirkan
c. jarak kelahiran anak terlalu dekat
d. ibu hamil bekerja terlalu berat
e. adanya cacing tambang dalam usus
PENGOBATAN ANEMIA
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Studi tentang pemasaran sosial tablet besi yang dilaksanakan oleh Direktorat Bidang Gizi Masyarakat (1993) : Pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat menurunkan secara nyata prefalensi Anemia, disisi lain dilaporkan juga ibu hamil kurang menyukai tablet besi karena tidak senang akan baunya, adanya efek samping ( mual, pusing ) dan warnanya dirasa kurang menarik. Diberikan sayur- ayur yang berwarna hijau seperti bayam dan juga diberikan kacang-kacangan sebagai sumber zat besi.
Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia.. Pada anemia defisiensi besi menyebabkan berkurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Selama kehamilan, diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Penyebab anemia
a. kurang makan sayuran hijau, buah buahan yang berwarna dan lauk pauk (sebab utama)
b. perdarahan akibat terlalu sering melahirkan
c. jarak kelahiran anak terlalu dekat
d. ibu hamil bekerja terlalu berat
e. adanya cacing tambang dalam usus
PENGOBATAN ANEMIA
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Studi tentang pemasaran sosial tablet besi yang dilaksanakan oleh Direktorat Bidang Gizi Masyarakat (1993) : Pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat menurunkan secara nyata prefalensi Anemia, disisi lain dilaporkan juga ibu hamil kurang menyukai tablet besi karena tidak senang akan baunya, adanya efek samping ( mual, pusing ) dan warnanya dirasa kurang menarik. Diberikan sayur- ayur yang berwarna hijau seperti bayam dan juga diberikan kacang-kacangan sebagai sumber zat besi.
Hipertensi dalam masa kehamilan adalah adanya
tekanan darah lebih dari 140 / 90 pada masa kehamilan. Terdapat klasifikasi
yang membagi beberapa jenis hipertensi dalam kehamilan ini.
Hipertensi gestasional yaitu hipertensi
yang terjadi pada ibu
hamil yang tidak menderita hipertensi sebelumnya dan
akan kembali normal sebelum 12 minggu setelah melahirkan tanpa didapatkan
adanya protein dalam urin.
1.
Preeclampsia yaitu hipertensi yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dengan didapatkan adanya protein dalam
urin >+1 atau lebih dari 300 mg dalam 24 jam. Beberapa penulis membagi lagi
menjadi preeclampsia ringan dan berat. Pada preeclampsia berat didapatkan
tekanan darah lebih dari 160/110 dengan kadar protein dalam urin mencapai 2
gram dalam 24 jam atau lebih dari 2+, adanya penurunan kadar trombosit <
100.000, peningkatan kadar kreatinin serum
> 1.2 mg/dL, peningkatan kadar enzim hati, nyeri kepala, nyeri ulu hati dan
peningkatan LDH.
2.
Eclampsia yaitu adanya kejang yang
terjadi pada ibu hamil dengan preeclampsia.
3.
Preeclampsia superimposed yaitu
ditemukannya protein dalam urin pada ibu hamil yang diketahui sudah mengidap
hipertensi sebelumnya dan protein ini tidak ditemukan sebelum usia kehamilan 20
minggu.
4.
Hipertensi kronik merupakan suatu bagian
tersendiri dimana ibu sebelumnya sudah mengidap hipertensi atau hipertensi
tersebut menetap setelah 12 minggu setelah melahirkan
PENYEBAB
Penyebab terjadinya hipertensi pada
kehamilan masih menjadi perdebatan namun diperkirakan faktor penyebab yang
penting adalah adanya implantasi plasenta yang
invasif dan abnormal pada rahim, adanya reaksi imunologis yang keliru terhadap
adanya janin, serta adanya faktor genetik yang diturunkan. Teori lain
menyebutkan adanya kekurangan asupan beberapa zat gizi dan adanya gangguan
dalam pembentukan prostaglandin, maupun pada zat yang mempengaruhi kekakuan
dari pembuluh darah.
PENGOBATAN
Saat ini sudah dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
untuk memprediksi kemungkinan timbulnya preeklampsia namun serangkaian tes
tersebut belum tersedia diseluruh tempat dan tingkat keberhasilannya masih
belum tinggi. Pencegahan terjadinya preeklampsia adalah dengan diet rendah
garam, pemberian suplementasi kalsium dan minyak ikan, pemberian obat
antihipertensi, dan pemberian obat – obatan anti pembekuan darah atau antitrombotik. Pengobatan
utama pada spectrum hipertensi dalam kehamilan adalah terminasi kehamilan.
6. obesitas
Obesitas
diartikan sebagai peningkatan berat badan diatas 20% dari batas normal (
brownel, 1984 ). Pasien dengan obesitas mempunyai status nutrisi yang
melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan masukan kalori dan atau
penurunan penggunaan kalori (energi). Artinya, masukan kalori tidak seimbang
dengan penggunaannya yang pada akhirnya berangsur-angsur berakumulasi
meningkatkan berat badan. Selain kelebihan berat badan nilai TSF pada pasien
dengan obesitas lebih dari 15 mm untuk laki-laki dan lebih dari 25 mm untuk
wanita. (Nurachmah, 2001)
Ada
beberapa metode yang biasa digunakan untuk menetapkan berat badan yang di
inginkan individu dan untuk mendefinisikan obesitas secara klinis. Indeks masa
tubuh (IMT) merupakan prediksi derajat lemak tubuh dan pengukurannya di
rekomendasikan federal untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan
obesitas. IMT di hitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan
kuadrat tinggi badannya dalam meter atau mengalihkan berat badan dalam pons
dengan 703 lalu dibagi kuadrat tinggi badan dalam inci kuadrat. (Varney, 2003)
Perhitungan Indeks Masa Tubuh
IMT =
Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (m) 2
Klasifikasi
IMT yang dapat digunakan untuk membantu dalam perhitungan IMT untuk menentukan
apakah berat badan individu sesuai dengan tinggi badannya.
Tabel 2.1.
Klasifikasi IMT
|
Kriteria
|
IMT
|
|
Berat
Badan Kurang
Berat
Badan Normal
Berat
Badan Berlebih
Obesitas
( Kelas I )
Obesitas
( Kelas II)
Obesitas
Ekstrim (Kelas III)
|
<
18,5 kg/m2
18,5-24,9
kg/m2
25-29,9
kg/m2
30-34,9
kg/m2
35-39,9 kg/m2
≥40 kg/m2
|
Banyak Fokus tentang konsep
perhitungan kalori telah dimuat media dan diantara populasi umum.
Pada umumnya asupan kalori sebaiknya sama dengan keluaran kalori.
Saat
ini, kasus diabetes pada masa kehamilan (gestational diabetic) semakin
meningkat. Penyebab utamanya adalah obesitas. Akibat peningkatan risiko
tersebut, setiap ibu hamil diwajibkan melakukan screening kadar gula darah terutama
saat usia kehamilan menginjak minggu ke 24-28
Ibu
hamil disarankan untuk mengatur berat badan agar tetap berada pada kondisi
ideal. Peningkatan berat badan di trimester pertama memang relatif
sedikit, tidak naik atau bahkan berkurang karena muntah-muntah. Peningkatan
berat badan yang cukup pesat terjadi di trimester 2 dan 3, pada periode inilah
perlu dilakukan pemantaun ekstra terhadap berat badan.Seusai persalinan, ragam
komplikasi masih menunggu. Infeksi seusai bersalin akibat banyaknya pembuluh
darah si ibu hamil yang tersumbat sering terjadi. Selain itu, lemak yang
berlipat-lipat pada lapisan kulit merupakan media yang kondusif untuk tumbuhnya
kuman sehingga infeksi pun sangat mungkin terjadi. Risiko lainnya, plasenta
yang berfungsi menyuplai oksigen menyempit karena lemak. Padahal, terhambatnya
suplai oksigen dapat merusak sel-sel otak janin. Sehingga kecerdasan si kecil
pun bisa jadi berkurang. Kemungkinan buruk lain, janin bisa mengalami gangguan
paru-paru maupun terlahir obesitas.
Hal hal yang
mempengaruhi obesitas ibu hamil antara lain :
- Genetik
- Pola
makan yang berlebihan
- Kurang
gerak
- Faktor
lingkungan
Diit
obesitas ibu hamil :
- Selalu
sarapan
- Susun
daftar makan
- Pilih
makanan berserat serta rendah kandungan lemak dan gula
- Usahakan
untuk mengolah makanan
- Jadikan
buah sebagai camilan
- Perbanyak
minum air putih,minum 8 gelas per hari
- Jangan
percaya mitos orang hamil perlu makanan tambahan 2x lipat dari biasanya
- Makanan
dengan nutrisi tinggi→ dikurangi 500-1000 kalori dari kebutuhan normal
- Kurangi
hidrat arang
- Cukup
mineral dan vitamin
DAFTAR
PUSTAKA
Admin. 2008. Riset
Gizi Ibu Hamil, http//senonipuskesmas.com [diakses
Pada hari senin 9 April 2012].
Agria dkk. 2011. Gizi
Reproduksi. Jogjakarta: Fitramaya
Ali, Syaifudin, 2009. Panduan
Lengkap Kehamilan, Persalinan Dan
Perawatan Bayi. Jogjakarta:
Diglossia Media.
Alfitramadya.
2008. Gizi Kehamilan, http//blogspot.com [diakses pada
hari
selasa 23 April 2012].
Anton, Yohanes. 2011. It’s Easy Olah
Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Skripta Media Creative.
http://www.kerjanya.net/faq/12099-hipertensi-dalam-kehamilan.html
http://marsupilami13.blogspot.com/2013/03/diit-ibu-hamil-dengan-obesitas.html
Komentar
Posting Komentar