Makalah Emosi Ibu Hamil dan Bersalin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kehamilan seorang wanita merupakan hal yang membahagiakan karena ia akan memperoleh keturunan sebagai pelengkap dan penyempurna fungsinya sebagai wanita, namun juga menggelisahkan karena penuh dengan perasaan takut dan cemas mengenai hal-hal yang buruk yang dapat menimpa dirinya terutama pada saat proses persalinan.
Pada umumnya kehamilan dan kelahiran bayi itu memberikan arti emosional yang besar pada setiap wanita yang normal. Kehamilan termasuk salah satu periode kritis dalam kehidupan seorang wanita tidak dapat dielakan.
Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis. Dalam aspek psikologis timbul pengharapan yang disertai kecemasan menyambut persiapan kedatangan bayi. Kecemasan menjelang pra persalinan pada ibu hamil adalah suatu hal yang fisiologis, namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi serangkaian perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi serta placenta yang diakhiri dengan punding awal antara ibu dan bayi. Kecemasan dan depresi merupakan dua jenis gangguan kejiwaaan yang satu dengan lainnya saling berkaitan.
Bagi seorang ibu yang sedang hamil atau mengandung sudah tentu akan mengalami perubahan didalam badannya. Kebanyakan wanita yang sudah siap hamil tidak menjadi masalah terhadap perubahan yang akan dialaminya, akan tetapi bagi wanita yang belum siap untuk hamil kemudian tiba-tiba menjadi hamil maka sering menimbulkan perasaan-perasaan yang menekan jiwanya terutama karena perubahan badan atau fisiknya.
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. Sedangkan pengertian dari kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatif yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas system syaraf otonom.
Kecemasan juga diartikan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Seperti diketahui bahwa pada ibu hamil ketika menghadapi proses kehamilan menjelang pra persalinan akan merasakan kecemasan dengan berbagai alasan salah satunya adalah kecemasan berdasarkan keadaan fisiknya dengan kata lain kurang siap dari segi kesehatan kehamilannya. Tetapi ibu hamil pada umumnya akan mengalami rasa cemas yang berlebihan dengan program-program yang ditawarkan setiap lembaga persalinan hanya bertujuan untuk dapat mengurangi kecemasannya ketika menghadapi pra persalinan karena dalam program-program yang diberikan program olah raga ringan dimana salah satu latihanya menggabungkan prinsip-prinsip yoga dan senam dengan gerakan-gerakan yang dapat menyebabkan kelenturan, kekuatan tubuh dan pernafasan sehingga diharapkan pada otot-otot jalan lahir akan menjadi lentur sehingga akan memudahkan dalam proses persalinan.
Akan tetapi kecemasan bukan hanya karena fisik semata tetapi juga dalam tingkat religius ibu hamil dimana religiusitas seseorang dapat mempengaruhi mental dalam kehidupannya termasuk menghadapi persalinan, disinilah peran penting penghayatan terhadap religiusitas para ibu hamil dalam menyikapi proses kehamilan, dimana dalam ajaran agama bahwa hanya dengan mengingat Allah maka hati akan merasa kan ketenangan terutama dalam menghadapi persalinan. Aplikasi dari mengingat Allah haruslah tertanam dalam diri wanita hamil dalam menghadapi persalinan yang berupa lebih mendekatkan diri kepada Allah sehingga ketika penghayatan religiusnya dapat dilakukan maka akan dapat mengatasi kecemasan disaat menghadapi proses persalinan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan umum dan khusus dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendapatkan nilai tugas dari dosen mata pelajaran.
2. Tujuan khusus
a. Memberi pengetahuan tentang Emosi Ibu Hamil kepada mahasiswa kesehatan khususnya kebidanan.
b. Memberi pengembangan pendidikan mengenai Emosi Ibu Hamil.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Guna menambah wawasan mahasiswa mengenai materi yang dibahas dalam makalah ini.
b. Mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang Emosi Ibu Hamil.
c. Meningkatkan keterampilan para mahasiswa dalam membuat makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Emosi
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan kejiwaan yang mewarnai tingkah laku. Emosi juga diartikan sebagai suatu reaksi psikologis dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, muak, haru, cinta, dan sejenisnya. Biasanya emosi muncul dalam bentuk luapan perasaan dan surut dalam waktu yang singkat. Hathersall (1985) merumuskan pengertian emosi sebagai suatu psikologis yang merupakan pengalaman subyektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Misalnya seorang remaja yang sedang marah memperlihatkan muka merah, wajah seram, dan postur tubuh menegang, bertingkah laku menendang atau menyerang, serta jantung berdenyut cepat.
Selanjutnya Keleinginna and Keleinginan (1981) berpendapat bahwa emosi seringkali berhubungan dengan tujuan tingkah laku. Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling), misalnya pengalaman-pengalaman afektif, kenikmatan atau ketidaknikmatan, marah, takut bahagia, sedih dan jijik.
English and English (Syamsu Yusuf, 2003) menyebut emosi ini sebagai “A complex feeling state accompanied by characteristic motor and grandular activities”. Sedangkan menurut William James (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.
Dari berbagai pengertian emosi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa emosi merupakan reaksi psikologi seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu tindakan, misalnya menangis, marah, benci, takut, sedih, haru, cinta, muak, bahagia dan lain-lain.
2.2 Emosi Pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan
A. Emosi pada Saat Hamil
Perubahan emosional terjadi selama kehamilan. Hormon dapat mempengaruhi suasana hati dan karena kadarnya yang naik turun maka demikian juga dengan suasana hati.
Oleh karena itu adalah hal yang normal bila ibu hamil merasa sedih, menangis, panik, sedikit tidak yakin atau merasa senang luar biasa. Perubahan ini harus dihadapi sekalipun agak membingungkan untuk sementara waktu. Atau merasa sedih atau marah lebih dari 3 minggu.
Dengan hadirnya janin di dalam rahim, maka hal itu akan mempengaruhi emosi si ibu. Apabila pengaruh emosi ibu tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis ataupun lingkungan tempat tinggal yang kondusif, maka hal ini akan mengakibatkan stres pada ibu hamil.
Sebagai contoh, ibu hamil yang kurang waktu tidurnya akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan kebugaran tubuh. Karena waktu untuk beristirahat pun berkurang. Dan apabila stres yang muncul mempengaruhi nafsu makan ibu yang berkurang, akibatnya bisa berbahaya.
Pasokan makanan bergizi yang dibutuhkan oleh ibu dan janin tentu berkurang pula. Karena pasokan makanan bergizi kurang, maka dikhawatirkan pertumbuhan janin akan terganggu.
Secara psikologis, stres pada ibu hamil dapat dibagi dalam tiga tahapan.
Secara psikologis, stres pada ibu hamil dapat dibagi dalam tiga tahapan.
1. Tahap pertama adalah pada triwulan pertama
yaitu pada saat usia kehamilan satu hingga tiga bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu belum terbiasa dengan keadaannya, di mana adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kejiwaan ibu, sehingga ibu sering merasa kesal atau sedih. Selain itu, ibu hamil ada juga yang mengalami mual-mual dan morning sickness, yang mengakibatkan stres dan gelisah.
2. Tahap kedua saat triwulan kedua
yaitu pada saat usia kehamilan empat hingga enam bulan. Dalam kurun waktu tersebut, biasanya ibu sudah merasa tenang, karena telah terbiasanya dengan keadaannya. Di tahap ini, ibu hamil sudah dapat melakukan aktivitas, termasuk aktivitas hubungan suami istri.
3. Tahap ketiga yakni trimester ketiga.
Stres pada ibu hamil akan meningkat kembali. Hal itu dapat terjadi dikarenakan kondisi kehamilan semakin membesar. Kondisi itu tidak jarang memunculkan masalah seperti posisi tidur yang kurang nyaman dan mudah terserang rasa lelah. Dan semakin bertambah dekatnya waktu persalinan pun akan membuat tingkat stres ibu semakin tinggi. Perasaan cemas muncul bisa dikarenakan si ibu memikirkan proses melahirkan serta kondisi bayi yang akan dilahirkan.
Fluktuasi mood ibu hamil sebenarnya mirip perilakunya saat menjelang haid atau premenstruation syndrom (PMS). Di trimester pertama, hal ini karena dia sedang menyesuai diri dengan perubahan hormon dan tubuh.
Di trimester ketiga mood ibuhamil yang mudah anjlok seringkali disebabkan oleh tubuhnya yang semakin lelah membawa kandungan yang besar, napas yang makin pendek, rasa gerah dan berkeringat, sakit punggung, kaki dan wajah bengkak, juga khawatir terhadap proses persalinan. Saat mood ibu hamil sedang turun, sebaiknya hadapi dengan:
1. Terima dan beradaptasi. Belajar menerima dan beradaptasi dengan mood istri hamil yang seperti roller coaster itu penting. Misalnya, kalau dia sedang marah-marah, cukup senyum saja. Kalau dia tiba-tiba menangis, peluk dan sodorkan tisu.
2. Dukung dia. Misalnya, ketika wajahnya murung saat bercermin, segera katakan, “Tetap cantik kok. Setelah melahirkan, kulit wajahmu pasti kembali mulus!” Bila ibuhamil mendapat cukup dukungan dari orang di sekitarnya, ia akan merasa bahagia, tenang dan membangun persepsi positif tentang kehamilannya. Terlebih lagi bila didampingi suami yang berpandangan positif juga.
3. Tempat mencurahkan hati. Jadikan Anda tempat curahan hatinya. Emosi negatif yang diungkapkan dan dibaginya akan terasa ringan. Bila istri enggan mengungkapkan perasaan, luangkan waktu untuk "memancingnya". Misalnya katakan, “Kalau dipendam sendiri nanti stres dan bayi kita terkena dampaknya. Ada apa sih, Sayang?”
4. Peka pada perasaannya. Peka adalah bentuk empati Anda terhadap perasaan istri. Jangan bercanda atau mengolok-oloknya. Misalnya, mengatakan dia gembrot. Saat dia mengungkapkan perasaan yang konyol sekalipun, hati-hati berkomentar. Misalnya, ketika dia merasa risih sesudah periksa dalam, jangan malah keceplosan, “Cincin dokternya ketinggalan di dalam nggak?” Meski pun Anda cuma bercanda, tapi perasaan ibuhamil bisa menjadi super sensitif.
5. Hadapi dengan humor atau romantisme. Perlu lho, mengembangkan sifat humoris atau romantis saat mood istri sedang jelek. Anda bisa coba membuatnya tertawa dengan melontarkan banyolan. Meski pun humor Anda tak lucu, istri pasti menghargainya. Atau, beri hadiah kecil seperti bunga, puisi cinta, seporsi rujak, atau ajak ke tempat yang menyenangkan. Istri akan tersanjung dan terobati dengan perhatian Anda.
6. Sabar. Kehamilan bukan kondisi menetap, begitu juga perubahan emosi istri Anda. Itu hanya sementara, sehingga Anda tidak perlu terlalu khawatir, kesal atau frustrasi.
Waspada bila:
a. Perubahan mood sangat berat sampai-sampai ia tidak bisa berkonsentrasi, mengingat, mengambil keputusan, bekerja dan beraktivitas sehari-hari (termasuk mengurus diri). Anda perlu membicarakannya dengan istri dan dokter.
b. Menimbulkan konflik antara istri dengan orang di sekitarnya, baik keluargaatau teman. Anda harus cepat tanggap dan siap menjadi mediator atau penengah, bukannya terpancing bertengkar juga.
c. Mood buruk berkembang jadi stres, lalu depresi. Bicarakan dengan istri dan dokter. Bila perlu ajak mencari psikolog yang dapat membantu memperbaiki mood-nya.
B. Emosi pada Saat Melahirkan
Perasaan sedih cemas panik perubahan emosi mudah marah yang dialami ibu setelah melahirkan. Keadaan semacam ini dalam dunia kesehatan disebut dengan istilah Baby Blues Syndrome atau stress pasca persalinan orang umum mengenal akan istilah ini.
Pada saat kehamilan berlangsung maka ibu hamil akan banyak mengalami perubahan besar baik fisik maupun non fisik termasuk di dalamnya perubahan hormon. Begitu juga pasca melahirkan, perubahan tubuh dan hormon kembali terjadi lagi.
Perubahan-perubahan pada ibu hamil dan setelah proses persalinan bisa mempengaruhi akan hal ini. Penurunan secara drastis kadar hormon estrogen dan progesteron serta hormon lainnya yang di produksi oleh kelenjar tiroid akan menyebabkan ibu sering mengalami rasa lelah, depresi dan penurunan mood.
1. Penyebab Baby Blues Syndrome
Baby blues adalah gangguan psikologis berupa sedih, cemas dan emosi meningkat yang dialami sekitar 50- 80% wanita setelah melahirkan khususnya bayi pertama. Biasanya terjadi pada 2 minggu pertama setelah melahirkan. Namun terlihat lebih berat pada hari 3 dan hari 4 setelah persalinan apalagi si ibu dan bayi kembali kerumah dan si ibu mulai merawat bayinya sendiri.
Baby blues merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh wanita yang baru melahirkan dan umumnya masih tergolong normal dan belum berbahaya, serta berlangsung hanya selama dua minggu setelah persalinan. Hal ini terjadi karena ibu sedang berupaya menyesuaikan diri dengan peran barunya.
Hal-hal yang dapat menjadi faktor penyebab pemicu timbulnya baby blues syndrome adalah kebingungan saat mendengar tangisan bayi (dan mengartikannya), rasa nyeri saat memberikan ASI, ataupun karena terganggunya waktu tidur yang biasanya normal. Penyebab pastinya juga belum diketahui sampai saat ini.
Beberapa ahli menduga bahwasannya penyebab baby blues terjadi adalah oleh karena hal-hal sebagai berikut :
a. Perubahan Hormonal. Pasca melahirkan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesterone yang drastis, dan juga disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah lelah, penurunan mood, dan perasaan tertekan.
b. Perubahan Fisik. Hadirnya si kecil dalam keluarga menyebabkan pula perubahan ritme kehidupan sosial dalam keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil sepanjang siang dan malam sangat menguras energi sang ibu yang mana hal ini akan menyebabkan berkurangnya waktu istirahat, sehingga terjadi penurunan ketahanan dalam menghadapi masalah. Perubahan fisik seperti payudara yang membengkak, rasa sakit di daerah lahir dan di rahim ikut memicu terjadinya baby blues atauPostpartum Distress Syndrome.
c. Perubahan Psikis. Kecemasan terhadap berbagai hal, seperti ketidakmampuan dalam mengurus si kecil, ketidak mampuan mengatasi dalam berbagai permasalahan, rasa tidak percaya diri karena perubahan bentuk tubuh dari sebelum hamil serta kurangnya perhatian keluarga terutama suami ikut mempengaruhi terjadinya depresi pasca setelah melahirkan.
d. Perubahan Sosial. Perubahan gaya hidup dengan peran sebagai ibu baru butuh adaptasi. Rasa keterikatan yang sangat minim pada si kecil dan rasa dijauhi oleh lingkungan juga berperan dalam Penyebab Timbulnya Depresi.
1. Tanda Gejala Baby Blues
Ciri-ciri ibu baru yang mengalami baby blues setelah melahirkan pada umumnya ditandai dengan ibu yang jadi sering menangis tanpa alasan yang jelas. Selain itu si ibu juga merasa sedih berkepanjangan, bawaannya tegangan tinggi dan jutek, dan emosi yang berubah-ubah serta juga konsentrasi dan daya tangkap pun menurun.
Sindrom baby blues ini dapat dialami oleh Ibu yang melahirkan baik secara partus normal maupun secara cesar. Hanya saja Ibu dengan operasi cesar peluangnya lebih besar untuk terkena sindrom baby blues.
Hal ini disebabkan oleh karena kondisi pemulihan pasca partus cesar yang lebih lama sehingga menimbulkan Ibu merasa tidak berdaya untuk langsung merawat bayi yang baru dilahirkannya.
Gejala baby blues ini biasanya bervariasi dari derajat ringan hingga berat. Adapun gejala tanda depresi pasca melahirkan yang biasanya muncul antara lain adalah sebagai berikut :
Gejala baby blues ini biasanya bervariasi dari derajat ringan hingga berat. Adapun gejala tanda depresi pasca melahirkan yang biasanya muncul antara lain adalah sebagai berikut :
a. Perasaan cemas yang berlebihan, sedih, murung, dan sering menangis.
b. Seringkali merasa kelelahan dan sakit kepala.
c. Perasaan ketidakmampuan, misalnya dalam mengurus si kecil.
Beberapa tanda-tanda Baby Blues Syndrome bisa dikenali pada seorang ibu pasca melahirkan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menjadi tidak tertarik dengan bayi yang baru dilahirkan atau menjadi terlalu memperhatikan dan kuatir terhadap bayinya.
2. Hilangnya perasaan bahagia dan minat untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan.
3. Tidak memperhatikan diri sendiri dan menarik diri dari keluarga dan teman.
4. Tidak memperhatikan atau bahkan perhatian yang berlebihan pada si kecil.
5. Perasaan takut telah menyakiti si kecil.
6. Peningkatan berat badan yang disertai dengan makan berlebihan.
7. Penurunan berat badan yang disertai tidak mau makan.
8. Tidak tertarik pada seks.
9. Perasaan berubah-ubah dengan ekstrim, terganggu proses berpikir dan konsentrasi.
Hasil sebuah penelitian yang membandingkan perilaku ibu dengan sindrom baby blues dan ibu yang tidak mengalami hal tersebut. Ternyata, ibu yang mengalami baby blues cenderung memperlihatkan perilaku yang berlebihan dalam hal kebersihan anak.
Selain itu, para ibu tersebut juga lebih jarang memberikan sentuhan, maupun respon terhadap perilaku anak.
Selain itu, para ibu tersebut juga lebih jarang memberikan sentuhan, maupun respon terhadap perilaku anak.
2. Tips Kiat Cara Mengatasi Baby Blues
Baby blues diestimasikan menimpa 50-80 persen wanita dan dapat menimpa wanita yang belum siap menjadi ibu. Kabar baiknya, baby blues hanya bersifat sementara, yakni selama minggu pertama setelah melahirkan.
Lebih dari itu, dikhawatirkan berkembang menjadi post partum depression (PPD) atau depresi paska melahirkan dengan gejala yang lebih berat.
Lebih dari itu, dikhawatirkan berkembang menjadi post partum depression (PPD) atau depresi paska melahirkan dengan gejala yang lebih berat.
Yaitu adanya penolakan ibu terhadap kenyataan seperti merindukan masa lajang yang tidak memerdulikan si kecil, hingga membayangkan ingin menyakiti si kecil sampai berniat untuk bunuh diri. Mengetahui akan tips dan juga cara serta kiat mengatasi sindrom baby blues perlu diketahui dan dipahami dengan baik oleh para ibu yang setelah Proses Persalinan atau pasca melahirkan mengalaminya.
Berikut beberapa tips atasi baby blues antara lain adalah sebagai berikut :
1. Selalu berdoa kepada Allah agar diberi taufik sera kemudahan dalam menjalankan kewajiban kita sebagai seorang ibu kepada anak-anaknya.
2. Tanamkan pada diri kita sebagai seorang ibu bahwa untuk bia belajar dan bersikap ikhlas dan tulus berperan sebagai ibu baru yang akan merawat dan mengurus anak-anaknya.
3. Belajar bersikap tenang dan belajar untuk bersabar dalam mengurus buah hatinya kelak.
4. Istirahat dan tidur ketika bayi kita juga sedang tidur agar memulihkan tenaga dan psikis kita juga sebagai seorang ibu baru.
5. Komunikasikan rasa cemas yang dialami dengan pasangan, saudara atau teman dekat.
6. Luangkan waktu untuk diri sendiri, meski hanya 15 menit untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti mendengarkan murotal, baca buku, atau olah raga ringan.
7. Bergabunglah bersama komunitas ibu untuk berbagi pengalaman dan perasaan sebagai seorang ibu baru.
8. Beri penjelasan kepada suami kita mengenai hal terkait dengan Baby Blues Syndrome, agar sang suami juga bisa memahami berbagai perubahan sikap dan tingkah laku kita sebagai ibu baru.
9. Tidak membiarkan diri terus menerus dalam kesedihan atau merasa tidak berdaya.
10. Yakinkan hati kita sebagai ibu baru bahwa kita bisa merawat dan mengasuh bayi
Selain dokter, proses penyembuhan baby blues syndrome sangat perlu dukungan pihak keluarga ibu hamil. Peran Suami pada baby blues sindromeyang tetap memberikan perhatian saat istri hamil dan sesudah melahirkan akan sangat membantu mengatasi sindrom tersebut.
Memang berat bagi si ibu yang mengalami baby blues, tapi penting bagi si ibu untuk menjaga kestabilan psikologis dan kebahagiaan janin, karena berkaitan langsung dengan kesejahteraan janin. Bayi memiliki ikatan yang sangat kuat dengan sang ibu. Jika ibu merasa tidak mampu mengatasi beban psikologis, segeralah cari bantuan profesional.
2.3 Kegelisahan dan Ketakutan Menjelang Kelahiran Bayi
Pada setiap wanita, baik yang bahagia maupun yang tidak bahagia, apabila dirinya jadi hamil pasti akan dihinggapi campuran perasaan, yaitu rasa kuat dan berani menanggung segala cobaan, dan rasa-rasa lemah hati, takut, ngeri; rasa cinta dan benci; keragu-raguan dan kepastian; kegelisahan dan rasa tenang bahagia; harapan penuh kabahagiaan dan kecemasan, yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati masa kelahiran bayinya. Sebab-sebabnya antara lain adalah sebagai berikut:
1. Takut mati
Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah satu fenomena fisiologis yang normal, namun hal tersebut tidak kalis dari resiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses yang normal sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan hebat peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan khususnya takut mati baik kematian dirinya sendiri maupun anak bayi yang akan dilahirkan. Inilah penyabab pertama.
Pada saat sekarang perasaan takut mati itu tidak perlu ada atau tidak perlu dilebih-lebihkan, berkat adanya metode-metode yang efektif untuk mengatasi macam-macam bahaya pada proses kelahiran. Dan berkat adanya kemajuan ilmu kebidanan serta pembedahan untuk mengatasi anormali-anormali anatomi anatomis.
Ketakutan mati yang sangat mendalam di kala melahirkan bayinya itu disebut ketakutan primer; biasanya diberangi dengan kekuatan-kekuatan superfisial (buatan, dibuat-buat) lainnya yang berkaitan dengan kesulitan hidup, disebut sebagai kekuatan sekunder. Ketakutan primer dari wanita hamil itu bisa menjadi semakin intensif, jika ibunya, suaminya dan semua orang yang bersimpati pada dirinya ikut-ikutan menjadi panik dan resah memikirkan nasib keadaaanya.
Oleh karena itu, sikap mengartinya, karena bisa membrikan dan melindungi dari suami dan ibunya itu sangat besar artinya, karena bisa memberikan support moril pada setiap konflik batin, keresahan hati dan ketakuan, baik yang riil maupun yang iriil sifatnya.
Segala macam ketakutan tadi menyebabkan timbulnya rasa-rasa pesimistis dan beriklim “hawa kematian”. Namun dibalik semua ketakutan tersebut, selalu saja terselip harapan-harapan yang menyenangkan untuk bisa dengan segera dengan menimmang dan membelai bayi kesayangan yang bakal lahir. Harapan ini menimbulkan rasa-rasa optimistis, dan beriklim “hawa kehidupan”, spirit dan gairah hidup. Perasaan positif ini biasanya dilandasi oleh pengetahuan intelektual, bahwa sebenarnya memang tidak ada bahaya-bahaya riil pada masa kehamilan dan saat melahirkan bayinya. Dan bahwa dirinya pasti selamat hidup (survive), sekalipun melalui banyak kesakitan dan dera-derita lahir dan batin. Karena itu pada calon ibu-ibu muda itu perlu ditempakan:
a. Kesiapan mental menghadapai tugas menjadi hamil dan melahirkan bayinya.
b. Tanpa konflik-konflik batin yang serius dan rasa ketakutan.
Banyak wanita dan anak gadis pada usia jauh sebelum saat kedewasaannya dihinggapi rasa takut mati, kalau nantinya dia melahirkan bayi. Akibatnya, fungsi keibuannya menjadi korban dari ketakutan-ketakutan yang tidak disadari ini (yhaitu akibat dari takut mati sewaktu melahirka itu). Mereka kemudian menghidari perkawinan atau menghindari mempunyai anak.
2. Trauma kelahiran
Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan bayinya, adapula ketakutan lahir (takut dilahirkan di dunia ini) pada anak bayi, yang kita kenal sebagai “trauma kelahiran”. Trauma kelahiran ini berupa ketakutan kan berpisahnya bayi dari rahim ibunya. Yaitu merupakan ketakutan “hipotesis” untuk dilahirkan di dunia, dan takut terpisah dari ibunya.
Ketakutan berpisah ini ada kalanya menghinggapi seorang ibu yang merasa amat takut kalau-kalau bayinya akan terpisah dengan dirinya. Seolah-olah ibu tersebut menjadi tidak mampu menjamin keselamatan bayinya. Trauma genetaltadi tampak dalam bentuk ketakutan untuk melahirkan bayinya.
Analog dengan ketakutan semacam ini adalah bentuk gangguan seksual yang neurotis sifatnya, yaitu; ketakutan kehilangan spermanya pada diri laki-laki; atau berpisah dengan spermanya sendiri, karena ia terlalu “kikir” da selalu mau berhemat, yang disebut dengan ejaculation tarda. Kaum pria yang menderita ejaculation tarda pada umumnya dihinggapi ketakutan-ketakutan obsesif untuk membuang atau menghamburan spermanya dimanapun.
3. Perasaan bersalah/berdoa
Sebab lain yang menimbulkan ketakutan akan kematian pada proses melahirkan bayinya ialah perasaan bersalah atau berdosa terhadap ibunya.
Pada setiap fase perkembangan menuju pada feminitas sejati, yaitu sejak masa kanak-kanak, masa gadis cilik, periode pubertas, sampai pada usia adolesensi, selau saja gadis yang bersangkutan diliputi emosi-emosi cinta-kasih pada ibu yang kadangkala juga diikuti rasa kebencian, iri hati dan dendam; bahkan juga disertai keinginan untuk membunuh adik-adik atau saudara sekandungnya yang dinanggap sebagi saingannya. Peristiwa “ingin membunuh” itu kelak kemudian hari diubah menjadi hasrat untuk memusnahkan janin atau bayinya sendiri, sehingga berlangsung keguguran kandungannya.
Dalam semua aktivitas reproduksinya, wanita itu banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya. Jika identifikasi ini menjadi salah bentuk, dan wanita tadi banyak mengembangkan mekanisme rasa-rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya, maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia; sebab selalu saja ia dibebani atau dikejar-kejar oleh rasa berdosa.
Perasaan berdosa terhadap ibu ini erat hubungannya dengan ketakutan akan mati pada saat wanita tersebut melahirkan bayinya. Oleh karena itu kita jumpai adat kebiasaan sejak zaman dahulu sampai masa sekarang berupa:
a. Orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalu ibunya (nenek sang bayi) menunggui dikala ia melahirkan bayinya.
b. Maka menjadi sangat pentinglah kehadiran ibu tersebut pada saat anaknya melahirkan oroknya.
4. Ketakutan riil
Pada saat wanita hamil, ketkutan untuk melahirkan bayinya itu saat bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkret lainya. Misalnya:
a. Takut kalau-kalau bayinya akan lahir cacad, atau lahir dalam kondisi yang patologis.
b. Takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa ibu itu sendiri di masa silam.
c. Takut kalau beban hidupnya akan hidupnya akan menjadi semakin berat oleh lahirnya sang bayi.
d. Muncunya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan dipisahkan dari bayinya.
e. Takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu melahirkan bayinya. Ketakutan ini bisa diperkuat oleh rasa-rasa berdoa atau bersalah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada umumnya kehamilan dan kelahiran bayi itu memberikan arti emosional yang besar pada setiap wanita yang normal. Kehamilan termasuk salah satu periode kritis dalam kehidupan seorang wanita tidak dapat dielakan. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis.
3.2 Saran
Saran kami agar makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menambah wawasan kita semua tentang Emosi Ibu Hamil. Serta kita semua mengetahui penyebab dan cara penanganannya. Khususnya bagi tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono, kartini. Psikologi Wanita Jilid 2 ( Mengenal Wanita Sebagai Ibu & Nenek ). Jakarta : Mandar Maju
Bobak, lowdernik, jensen, buku ajar keperawatan maternitas, jakarta : egc, 2004
http://midwiferygirl.blogspot.com/2010/06/gangguan-psikologi-pada-masa-kehamilan.html
Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke III. Jakarta
Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke III. Jakarta
http://hamizann.blogspot.com/2015/01/Penyebab-Tanda-Cara-Mengatasi-Baby-Blues.html
Komentar
Posting Komentar