ANEMIA
Anemia
Anemia
merupakan suatu kondisi dimana sel darah merah tidak mampu untuk menyediakan
oksigen yang cukup untuk tubuh.
Ada banyak jenis dan penyebab anemia.
• Anemia defisiensi besi adalah suatu
pengurangan butir-butir darah merah di dalam darah yang disebabkan oleh terlalu
sedikitnya zat besi.
• Anemia
adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah
eritrosit dibawah nilai normal.
• Pada
penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah
(hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal.
•
Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya
zat besi, asam folat, dan vitamin B12(sianocobalamine). Tetapi yang sering
terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi. • Anemia defisiensi besi
adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga
kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup.
• Anemia
karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil
dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain.
• Oleh karena itu anemia gizi pada masa
kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi
Di Indonesia
prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1%.
Dari 31
orang wanita hamil pada trimester II didapati 23 (74%) menderita anemia, dan 13
(42%) menderita kekurangan besi
• Mengingat
besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan
janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini.
Jenis Anemia
Anemia defisiensi besi Merupakan jenis anemia
terbanyak, yang disebabkan karena kekurangan zat besi dalam tubuh. Untuk
menghasilkan sel-sel darah yang sehat, tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah
yang mencukupi. Wanita yang mengalami haid banyak dan individu dengan gangguan
pencernaan, misalnya tukak atau kanker kolon beresiko mengalami anemia jenis
ini.
Anemia aplastik Merupakan jenis anemia yang
berbahaya, karena dapat mengancam jiwa. Disebabkan karena menurunnya kemampuan
sumsung tulang untuk memproduksi sel-sel darah (eritrosit, leukosit, dan
trombosit). Anemia aplastik dianggap sebagai penyakit autoimun. Faktor-faktor
yang berperan terhadap timbulnya anemia aplastik antara lain: kemoterapi,
terapi radiasi, toksin yang terdapat di lingkungan.
Anemia hemolitik Pada anemia hemolitik, sel darah
merah lebih cepat rusak sebelum sumsung tulang memproduksi sel-sel darah merah
yang baru. Beberapa faktor pemicu, seperti penyakit darah tertentu (menyebabkan
peningkatan destruksi sel darah merah), penyakit autoimun, atau obat-obatan.
Anemia sel sabit (sickle cell anemia)
Anemia bulat
sabit ini disebabkan karena kelainan hemoglobin sehingga mengakibatkan sel-sel
darah merah berbentuk menyerupai bulan sabit. Sel-sel sabit ini hancur lebih
cepat sehingga mengakibatkan jumlah selsel darah merah berkurang. Anemia sel
sabit merupakan kelainan yang bersifat herediter (keturunan).
Anemia pernisiosa Anemia pernisiosa adalah salah satu
penyakit kronis berupa berkurangnya produksi sel darah merah akibat defisiensi
vitamin B12 dan asam folat, Salah satu fungsi vitamin B12 adalah untuk
pembentukan sel darah merah di dalam sum-sum tulang menjadi aktif.
(Brunner&Suddart, 2001)
Interpretasi Gejala
Anemia
Gejala Kemungkinan Diagnosis
Patofisiologi
• Perubahan
hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang makin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara.
• Volume
plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum
terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit
menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus.
• Stimulasi yang meningkatkan volume plasma
seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron.
Etiologi
• Etiologi
anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu : – Hipervolemia, menyebabkan
terjadinya pengenceran darah. – Pertambahan darah tidak sebanding dengan
pertambahan plasma. – Kurangnya zat besi dalam makanan. – Kebutuhan zat besi
meningkat.
Gejala Klinis
• Hampir
tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun
bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya.
•
Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, gangguan
sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar
limpa.
• Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila
kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan
jelas.
• Nilai ambang batas yang digunakan untuk
menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972
yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu: – normal (≥11 gr/dl) – anemia ringan
(8-11 g/dl), dan – anemia berat (kurang dari 8 g/dl).
Pengatasan
• Berbagai
upaya telah dilakukan antara lain: – Pemberian tablet besi pada ibu hamil
secara rutin selama jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin
secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah
didistribusikan ke seluruh provinsi dan pemberiannya dapat melalui Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Posyandu dan Bidan di Desa. – Sejak tahun 1993 sampai
sekarang, kemasan Fe yang tadinya menimbulkan bau kurang sedap sekarang sudah
mengalami perbaikan yaitu tablet salut yang dikemas sebanyak 30 tablet per
bungkus aluminium dengan komposisi yang sama.
Besi dan Asam Folat
• Sediaan
ini digunakan untuk pencegahan defisiensi besi dan asam folat pada kehamilan. •
Sediaan: a. Ferro Folat 200 mg+0,25 mg b. Tablet Tambah Darah 200 mg+0,25 mg c.
Ferrum Hausmann (Darya Varya) drop 50 mg/ml, sirup d. Iberet Folic (Abbot
Indonesia)
Penggunaan
Zat Besi
• Dosis oral besi sebagai elemen untuk
defisiensi seharusnya 100-200 mg tiap hari.
• Sudah menjadi kebiasaan untuk memberikan
dosis oral ini sebagai fero sulfat yang dikeringkan, 200 mg (= 65 mg besi
elemental) 3 kali sehari, dosis garam fero 200 mg sekali hingga dua kali sehari
mungkin efektif untuk profilaksis atau untuk defisiensi besi ringan.
• Bila
timbul efek samping, dosis bisa diturunkan atau obat diganti dengan garam besi
lain
Penggunaan Zat Besi
• Absorpsi
paling baik dari zat besi adalah pada waktu perut kosong, tetapi banyak orang
tidak tahan dan meminumnya bersama dengan makanan.
• Susu dan antasida dapat mengganggu absorpsi
dari zat besi sehingga sebaiknya tidak diminum bersama dengan suplemen zat
besi.
• Vitamin C
dapat meningkatkan absorpsi dan penting dalam produksi hemoglobin. Sehingga
beberapa sediaan oral berisi kombinasi zat besi dengan asam askorbat untuk
membantu absorpsi.
• Tetapi
tidak ada pembenaran teoritis atau klinis untuk penambahan zat aktif lainnya,
seperti kelompok vitamin B (kecuali asam folat untuk wanita hamil).

Komentar
Posting Komentar